UPACARA HARI SANTRI NASIONAL: SANTRI ITU JIWA DAN RASA, BUKAN LABEL

Tulungagung, Senin (22/10/2018) menjadi puncak dari serangkaian kegiatan Peringatan Hari Santri Nasional tahun 2018. Sebagaimana dalam Keppres No. 22 tahun 2015, Presiden menetapkan bahwa 22 Oktober adalah Hari Santri Nasional, dan seperti pada tahun-tahun sebelumnya, pada tanggal ini selalu diadakan Upacara Peringatan Hari Santri Nasional. Begitupula dengan Tulungagung.

Diiringi dengan rintik hujan dan cuaca sejuk sebagai tanda Rahmat dan Ridlo Allah SWT, upacara hari ini diselenggarakan Pemerintah Kabupaten Tulungagung di Halaman Kantor Bupati Tulungagung pukul 07.00 WIB yang di ikuti oleh berbagai kalangan, mulai dari ellite pemerintahan Kabupaten, hingga santri-santri pondok pesantren. Sebagai generasi muda penerus bangsa, santri IPNU IPPNU Tulungagung turut hadir bersama banom-banom NU yang lain.

Pada sesi amanat, disampaikanlah amanat dari Ketua Umum PB NU. Dalam amanatnya, beliau mengingatkan kita akan sejarah Resolusi Jihad yang melatarbelakangi peristiwa heroik perlawanan rakyat pada tanggal 10 November 1936. Santri berdiri di garda terdepan membentengi NKRI dari berbagai ancaman. Untuk itu, momentum hari santri ini harus ditransformasikan menjadi gerakan penguatan paham kebangsaan yang bersintesis dengan keagamaan.

Spirit Nasionalisme bagian dari iman (Hubbun al-wathan min al-iman) harus digelorakan ditengah arus ideologi fundamentalis agama yang mempertentangkan Islam dan Nasionalisme, sebab mencintai agama mustahil tanpa berpijak diatas tanah air. Selain itu, di era milenial dengan segala kemajuan teknologinya ini, banyak bertebaran hoax dan kemerosotan moral. Maka, santri harus siap mengemban amanah menjaga agama dan negara.

Dalam mengemban amanah tersebut, satri wajib memiliki jiwa yang kuat dan akhlak mulia. Santri disini bukan hanya orang-orang yang mondok saja. Seperti yg diungkapkan KH. Mustofa Bisri, bahwa santri adalah siapapun yang berakhlak santri, yang tawadhu’ kepada Gusti Allah, tawadhu’ kepada orang-orang alim. Maka siapapun yang memikiki jiwa santri adalah seorang santri, dan ditangannyalah masa depan negeri. Dedikasi santri yang akan membawa Indonesia mandiri. Dengan demikian, santri bukan lagi tentang label, melainkan tentang jiwa dan rasa. (Nay_LPP PCIPNUIPPNUTULUNGAGUNG)

1 thought on “UPACARA HARI SANTRI NASIONAL: SANTRI ITU JIWA DAN RASA, BUKAN LABEL

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *